ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL REMBULAN DI MATA IBU


ANALISIS NOVEL REMBULAN DI MATA IBU KARYA ASMA NADIA
OLEH: REZTY NASIER
Judul: Rembulan Di Mata Ibu
Pengarang: Asma Nadia
Penerbit: Mizan Publishing
Jumlah Halaman: 180
Tahun Terbit: Jakarta  2002 / Cetakan V


A. SINOPSIS NOVEL
Novel ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Diah yang selalu mengalami konflik dengan Ibunya dikarenakan perbedaan pendapat antara Ibu dan anak tersebut.
Kala itu Diah mendapat pesan dari Mbak Sri bahwa Ibunya sedang sakit. Batinnya pun menjadi galau tak karuan, seketika itu pula Diah teringat akan masa lalunya di kampung sebelum ia berangkat ke kota untuk kuliah. Ia teringat akan sikap Ibunya yang sangat keras terhadapnya. Ucapan-ucapan pedas selalu terlontar dari mulut sang Ibu. Menurut Diah apapun yang dilakukannya  tidak ada satu hal pun yang dianggap benar oleh Ibu, dimata Ibunya Diah selalu saja salah. Sampai pada akhirnya Diah merasa lelah dengan sikap sang Ibu dan memutuskan untuk meninggalkan rumah dan melanjutkan pendidikan kuliahnya dengan peluang beasiswa di kota. Walaupun Ibunya sempat mengejek saat ia ingin mempersiapkan diri menghadapi tes beasiswa tapi itu semua tidak mematahkan semangat Diah untuk terus melangkah, sebaliknya Diah malah tidak memperdulikan perkataan pedas dari mulut Ibunya tersebut.
Laili datang dan membuat Diah bangun dari lamunannya. Laili adalah sahabat baik Diah. Mereka sudah tinggal satu kos selama hampir lima tahun. Diah selalu mencurahkan kegembiraan dan kesedihannya pada Laili tapi sayangnya tak sekalipun Diah menceritakan tentang Ibunya kepada Laili, padahal Diah tidak pernah pulang menemui Ibunya sudah hampir lima tahun. Diah hanya memberikan kabar kepada ketiga kakaknya saja. Saat itu Diah bercerita kepada Laili bahwa Ibunya sedang sakit. Pada saat itu juga Laili langsung menyuruh Diah untuk pulang menemui Ibunya di kampung. Walau awalnya Diah sempat bimbang namun akhirnya ia mengikuti saran Laili untuk menemui Ibunya di kampung.
Tibalah Diah di kampung halaman. Disana ia bertemu dengan Mbak Sri, Mbak Ningsih, dan Mbak Rahayu. Ketiga  Mbaknya itu menjelaskan bahwa setiap hari Ibunya selalu menanyakan keadaan dan perkembangan kuliahnya. Mereka mengatakan bahwa Ibu merindukannya. Tapi semua penjelasan kakak-kakaknya itu tidak diperdulikannya. Diah malah mengingat kejadian lima tahun yang lalu dimana ia dan Ibunya mengalami pertengkaran hebat dan pada akhirnya membuatnya pergi meninggalkan rumah. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Laili yang merupakan sosok muslimah yang membuatnya menyesal telah bersikap kasar terhadap Ibunya.
Mbak Sri menyentuh tangannya yang membuat Diah kembali bangun dari lamunannya itu. Ketika itu Ibunya sudah bangun. Diah mencoba memperhatikan setiap ruangan di dalam kamar dan Diah terkejut ketika mendapati fotonya terpajang di atas meja jati tua di samping tempat tidur Ibunya. Ketika itu Diah berusaha agar tidak menangis di depan Ibunya. Ibunya mengatakan bahwa ia selalu memandangi foto Diah saat ia merasa rindu kepada anak bungsunya itu.
Ketika hari mulai gelap, Ibu meminta Diah untuk membopongnya duduk di beranda. Tak lama kemudian Ibu memanggil Mbak Ningsih untuk mengambilkan kotak kayu di bawah tempat tidurnya. Kemudian diserahkanlah kotak kayu itu kepada Diah, yang ternyata isinya adalah uang. Seketika itu juga Diah langsung mengembalikan kotak kayu tersebut kepada Ibunya. Tapi akhirnya Ibu menjelaskan bahwa uang tersebut untuk biaya pernikahannya kelak. Ibu menjelaskan maksud dari sikapnya selama ini kepada Diah. Ibu ingin Diah menjadi sosok yang berbeda. Seperti rembulan merah jambu (purnama), menjadi orang dalam arti yang sebenarnya, punya karakter dan prinsip yang berbeda.Diah sangat bahagia mendengar penjelasan dari Ibunya bahwa selama ini Ibunya tidak pernah membencinya. Seketika rasa benci dan kesal hilang dari benaknya. Dan merekapun berpelukan.



B. IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK PROSA

1. Tema dan Amanat
a. Tema
Tema adalah gagasan pokok dalam sebuah cerita. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
Tema pada novel “Rembulan Di Mata Ibu” adalah kasih sayang seorang ibu. Karena rasa sayang yang luar biasa dari seorang ibu kepada anaknya, sampai akhirnya ia mendidik anaknya dengan keras agar anaknya bisa menjadi wanita yang kuat dalam menghadapi pahitnya kehidupan.
Kutipan: “…Ibu tak ingin kau terluka. Ibu tak ingin kau kecewa. “
b. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dalam sebuah cerita.
Amanat pada novel “Rembulan Di Mata Ibu” yaitu:
ü  Jangan pernah membenci orang tua, terlebih ibu yang telah melahirkan kita. Karena sekeras-kerasnya orang tua mendidik anaknya pasti semua itu ada maksud dan tujuannya.
ü  Jangan pernah berkata kasar, membentak, menatap sinis, membuat hati orang tua kita terluka atas apa yang kita lakukan. Karena tidaklah mungkin kita terlahir di dunia ini tanpa adanya seorang ibu.
ü  Turutilah apa yang diinginkan orang tua, karena tidak ada orang tua yang mau menjerumuskan anaknya ke tempat yang salah. Semua orang tua ingin anaknya sukses dan bahagia.
ü  Jangan pernah sekalipun menjawab perkataan orang tua, karena itu bisa melukai hatinya.  Walau sekasar  apapun perkataannya itu semua demi kebaikan anaknya.

2. Alur
Alur adalah struktur penceritaan yang dapat bergerak maju (alur maju), bergerak mundur (alur mundur), atau merupakan gabungan dari keduanya (alur campuran).
Novel ini menggunakan alur campuran, dimana penulis menceritakan kejadian secara progresif yang diselingi flashback/ kejadian di masa lalu.
a. Bagian awal
Saat itu Diah mendapat pesan dari mbak Sri bahwa ibu sedang sakit. Seketika itu pula Diah teringat akan masa lalunya sebelum ia berangkat ke kota untuk kuliah. Ia teringat akan sikap Ibunya yang sangat keras terhadapnya. Ucapan-ucapan pedas selalu terlontar dari mulut sang Ibu. Menurut Diah apapun yang dilakukannya  tidak ada satu hal pun yang dianggap benar oleh Ibu, dimata Ibunya Diah selalu saja salah. Sampai pada akhirnya Diah merasa lelah dengan sikap sang Ibu dan memutuskan untuk meninggalkan rumah dan melanjutkan pendidikan kuliahnya di kota.
b. Bagian tengah
Laili datang dan membuat Diah bangun dari lamunannya. Laili adalah sahabat baik Diah. Mereka sudah tinggal satu kos selama hampir lima tahun. Diah bercerita kepada Laili bahwa Ibunya sedang sakit. Pada saat itu juga Laili langsung menyuruh Diah untuk pulang menemui Ibunya di kampung. Walau awalnya Diah sempat bimbang namun akhirnya ia mengikuti saran Laili untuk menemui Ibunya di kampung.
Tibalah Diah di kampung halaman. Disana ia bertemu dengan Mbak Sri, Mbak Ningsih, dan Mbak Rahayu. Ketiga  Mbaknya itu menjelaskan bahwa setiap hari Ibunya selalu menanyakan keadaan dan kuliahnya. Mereka mengatakan bahwa Ibu merindukannya. Tapi semua penjelasan kakak-kakaknya itu tidak diperdulikannya. Diah malah mengingat kejadian lima tahun yang lalu dimana ia dan Ibunya mengalami pertengkaran hebat dan pada akhirnya membuatnya pergi meninggalkan rumah.
c. Bagian akhir
Mbak Sri menyentuh tangannya yang membuat Diah kembali bangun dari kenangan masa lalu. Ketika itu Ibunya sudah bangun. Walaupun agak canggung tapi akhirnya Ibu menjelaskan maksud dari sikapnya selama ini kepada Diah. Awalnya Diah merasa kaget tapi ia sangat bahagia mendengar penjelasan dari Ibunya bahwa selama ini Ibunya tidak pernah membencinya. Seketika rasa benci dan kesal hilang dari benaknya. Dan merekapun berpelukan.

3. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pemeran atau pelaku  dalam sebuah cerita. Sedangkan penokohan adalah cara kerja pengarang menampilkan tokoh dalam cerita tersebut.
a.) Tokoh
-          Tokoh Utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Tokoh utamanya adalah Diah dan Ibu.
-          Tokoh Sentral merupakan tokoh yang amat potensial menggerakan alur karena hampir seluruh cerita berpusat pada dirinya dan hanya terdiri dari satu orang. Tokoh sentral dalam novel ini adalah Diah. Kerena hampir seluruh cerita berpusat pada dirinya.
-          Tokoh Bawahan merupakan tokoh yang tidak begitu besar pengaruhnya terhadap perkembangan alur, walaupun ia terlibat juga dalam pengembangan alur itu. Tokoh bawahannya adalah Mbak Sri, Mba Ningsih, dan Mba Rahayu.
-          Tokoh Tambahan adalah toko yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama. Tokoh tambahannya adalah Laili.
b.) Penokohan
Tokoh-tokohnya adalah:
a. Diah
·         Sabar: “Seperti biasa aku selalu berusaha menahan diri.”
·         Pasrah: “Perlahan aku malah berhenti berusaha menenangkan hatinya. Aku capek.”
·         Berjiwa sosial: “Kalau kami, anak-anak muda yang berkumpul di sana sedang mencoba menyumbangkan pemikiran untuk kemajuan desa.”
·         Gemar membaca: “Ibu tak pernah menghargai kesukaanku membaca.”
·         Bersemangat: “… dengan peluang bea siswa, kugempur habis kemampuanku, agar kesempatan itu tak lepas dari tangan.”
·         Kurang berfikir panjang: “Ibu tak pernah menangkap sinar kasih di mataku, apalagi membalasnya dengan pelukan hangat. Ibu tak pernah peduli padaku!”
·         Egois: “Aku belajar menyingkirkan kebutuhanku akan kasih sayang dan sikap keibuan darinya. Aku belajar melupakan ... Ibu!”
·         Rajin beribadah: “…dalam shalat-shalat yang kulalui.”
·         Keras kepala: “Kutatap mata Ibu dengan sikap menantang”
·         Lancang: “Karena Ibu picik! Itu sebabnya!”
b. Ibu
·         Kuat: “Ibu bahkan tak pernah kelihatan lelah di malam hari.”
·         Keras: “Maafkan Ibu jika selama ini keras padamu Diah!”
·         Ucapannya pedas: “Kau tak kan berhasil Diah! Tak usah capek-capek! Wanita akan kembali ke dapur, apa pun kedudukannya!”
·         Penyayang:  “Kadang Ibu pandangi, jika Ibu kangen kamu.”
·         Rela berkorban: “Ibu tak butuh uang sebanyak itu, Diah! Lagi pula ... Ibu khawatir tak bisa lagi memberimu uang.”
c. Laili
·         Baik: “Wajah tulus sahabat baikku itu memancar di balik kerudung coklat yang dikenakannya.”
·         Bijaksana: “…Itu karunia Allah yang diberikan pada setiap Ibu. Rasa kasih, mengayomi, dan melindungi!” jawab Laili hati-hati.”
·         Pengertian: “Kamu haru pulang secepatnya, Di! Biar aku yang memesankan tiket kereta.”
·         Perhatian: “Jangan lupa bawa oleh-oleh untuk Ibumu.”
d. Mbak Sri
·         Perhatian: “Mbak Sri bilang, setahun belakangan ini Ibu beberapa kali jatuh sakit.”
·         Bijak: “ Sebetulnya Ibu sangat kangen padamu Diah, tapi Ibu lebih mementingkan kuliahmu.”
e. Mbak Ningsih
·         Bijaksana: “Ibu tak ingin mengganggu kuliahmu, Diah!”
f. Mbak Rahayu
·         Bijaksana: “Ibu sering bertanya pada kami Diah, berkali-kali malah. Sudah tahun ke berapa kuliahmu?”

4. Latar atau Setting
Latar atau setting berfungsi untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang tempat dan waktu terjadinya peristiwa cerita. Ada 3 jenis latar, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial atau sering disebut latar suasana.
a. Latar Tempat
·         Padang rumput:  “… kemarin aku masih melihatnya berjalan memberi makan ternak-ternak kami sendirian. Melalui padang rumput yang luas.”
·         Kamar: “Kubuka pintu kamar Ibu”
·         Di beranda rumah:  “Bersama-sama, kami menghabiskan waktu yang tak terlupakan di beranda”
b. Latar Waktu
·         Senja:  “Langit jingga tampak berbias indah menyambut malam.”
·         Malam hari:  “Malam itu Ibu berkali-kali menumpahkan kalimat-kalimat pedasnya padaku.”
c. Latar Suasana
·         Sedih:  “Aku mengusap air mata yang menitik”
·         Tegang: “Seharusnya Ibu bangga padaku! Seharusnya Ibu menyemangati, bukan malah terus-terusan mengejekku, Bu! Sekarang Diah tahu kenapa Bapak meninggalkan Ibu!” kataku berani.
·         Bahagia:  “Semua kehampaan, kebencian, dan kekesalanku pada wanita tua itu tiba-tiba terbang ke awan. Aku tak lagi membencinya! Tanpa ragu kupeluk Ibu erat.”
5. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah teknik yang digunakan pengarang , yang dengan sengaja dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasannya. Sudut pandang dapat dibagi menjadi 3, diantaranya sudut pandang orang pertama akuan, sudut pandang orang ketiga diaan, dan  sudut pandang campuran.
Pada novel “Rembulan Di Mata Ibu” sudut pandang yang digunakan pengarang  adalah sudut pandang orang pertama akuan.
“Kupandangi telegram yang barusan kubaca.”

6. Gaya Bahasa
Dialek yang digunakan pada novel ini adalah dialek Jawa. Disebut dialek karena hanya beberapa kata yang menggunakan bahasa daerah.
“Kamu kelihatan kurusan Nduk!”
Adapun majasnya sebagai berikut:
a.) Majas metafora
Majas metafora yaitu majas  yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya. Dengan kata lain pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan.
Kau harus punya hati sekeras baja untuk menapaki hidup
“Kata-kata Ibu berikutnya bagai telaga sejuk mengaliri relung-relung hatiku.”
Ibu ingin anak bungsu Ibu mnjadi sosok yang berbeda. Seperti rembulan merah jambu (purnama)
b.) Majas perumpamaan
“Beliau lebih keras dari karang”
c.) Majas sarkasme
Majas sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah.
“perempuan macam kau Diah hanya akan menjadi santapan laki-laki!”
d.) Majas hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam.
“Darahku seperti mendidih mendengar kalimat-kalimat Ibu.”
e.) Majas personifikasi
Menyatakan sesuatu tidak hidup seolah-olah menjadi  hidup.
Langit jingga tampak berbias indah menyambut malam.”

Komentar

  1. Mather: Titanium headers - TITONIA RACE
    A design titanium water bottle that will allow you to titanium properties place implant grade titanium earrings certain types of tip into a piece that will make the sports betting experience quick and easy, and is citizen titanium watch easy gold titanium alloy

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dewasa itu Rumit

Pengertian Masyarakat Madani