Dewasa itu Rumit

Dewasa tak semenarik kelihatannya. Kadang aku suka iri melihat betapa bebasnya anak-anak bermain, tanpa beban yg berarti. Beban terberat mereka mungkin hanya sekedar tidak buat PR, atau mungkin kurang uang jajan.
Memang sih, diumurku yg skrg ini aku juga masih sering merasakan yg seperti itu. Hanya saja mungkin dengan level yg lebih beratnya dan juga ditambah beberapa jenis varian lagi masalahnya.
Ingin rasanya sesekali teriak sampai hilang suara. Tapi nanti apa kata mereka?
Ingin menangis supaya lega. Tapi pasti akan banyak pertanyaan nantinya.
Ingin mengeluh. Ah, hampir setiap hari rasanya aku mengeluh bahkan rasanya sudah seperti sebuah keahlian. Tapi tak juga ada hasilnya.
Ya Allah, terlalu banyak beban yg harus aku pegang. Apa cuma aku? Tapi tidak mungkin. Aku yakin diluar sana semua punya masalahnya masing-masing. Tapi kenapa terasa berat ya Allah? Apa aku yg kurang sabar? Atau aku yg terlalu lebay? Atau ibadahku yg kurang sesuai? LEMAH !!! Ya aku memang lemah ya Allah, sangat sangat lemah. Terlebih setelah kehilngan figur seorang ayah. Rasanya navigasiku hilang. Aku kehilangan sosok seorang pemimpin. Semua berubah semua berbeda setelah ayah pindah dunia. Tidak ada lagi yg bisa memimpinku dengan baik bahkan seseorang yg harusnya menggantikan posisi ayah di rumah.
Aku ingin berbagi cerita ya Allah dengan seseorang supaya tidak aku saja yg merasakan, supaya sedikit berkurang juga beban. Aku sadar keluhanku tidak pas, karena sebaik-baiknya tempat mengadu adalah tuhanku. "Kalau tidak ada bahu untuk bersandar, setidaknya masih ada sajadah untuk bersujud" begitu orang-orang bilang.
Aku sudah bosan ya Allah selalu memendam sendiri masalah seolah aku orang yg paling kuat di dunia. Sampai-sampai sangking kuatnya selalu saja aku lampiaskan kepada orang-orang yg tidak tau menau masalahku. Bukan orang lain saja, aku sendiri pun kadang merasa heran, malu, kesal. Ntahlah aku lelah selalu begini, selalu dikuasai emosiku sendiri, selalu kalah menahan amarah.
Maaf kalau hari ini aku harus kembali mengeluh ya Allah. Rasanya aku seperti hamba yg tidak punya malu. Karena mungkin orang yg bahkan lebih besar lagi masalahnya hanya diam saja, sabar, ikhlas dan pasrah. Sedangkan aku?
Kadang diri ini pun suka heran. Kenapa bibir ini pintar sekali menasehati orang lain. Sebaliknya susah sekali dalam menjalankan. Kenapa aku? Ada apa dengan diriku? Apa aku termasuk orang munafik?
Ya Allah tolong aku, aku ingin tenang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL REMBULAN DI MATA IBU

Pengertian Masyarakat Madani